Antara Gunung Bromo dan Gunung Ungaran detik itu
Jam 11.30 malam, Kereta Jayabaya berhenti di Stasiun Kereta Api Tawang arah Stasiun Kediri. Malam merambat dingin, sekelompok anak muda naik kereta tua yg berhenti tertatih2 dr penatnya perjalanan jauh dr Cirebon itu. Malam itu Emosi merambt naik ke ubun2 karena hasrat menaklukan Gunung2 se-Jawa baru dpt se-perempat jalan. Ini baru Sindoro, Sumbing, Lawu dan 3 minggu lalu perjalanan estafet dimulai dari Gunung Ungaran. Ada beberapa gunung di Jawa Tengah yg tdk di sambangi karena faktor Cuaca, dan fisik Status siaga macm Merapi di Magelang. Gunung Perahu jg gagal terdaki krn kabut tebal dahsyatnya yg terkenal turun dibulan ini. Kereta Senja menyusuri jalan sepi merayap tiada berteman....kenapa memilih sendirian ya? Ndak enak jd kereta. Hmm, pikiran dan pertanyaan aneh ini muncul dan hampir hal2 ganjil pasti jd sebuah inspirasi pertanyaan dlm benaku. Hans mengusap2 hidungnya yg berpeluh. Roni copet mengempot cigarretenya dgn perasaan dipinggir pintu kereta memandang hamparan pematang sawah yg tersamar terlihat. Agus menata logistic yg tinggl sedikit, dan tenda doome yg sobek tertusuk Bayonet. Spiritus, lilin, paravin cukup untk 2 pendakian. Aku menebar pandangan disemua sudut Kereta, ada pengemis dibwh kolong kursi, anak kecil tertidur dipangkuan laki2 tua yg mungkin Kakeknya...sedangkan sang nenek tidur kucing ddpn sang kakek. Ada penjual nasi bungkus pecel Gambringan yg menghitung jumlah dagangan dan duit yg dia dapatkan dr penjualan. Sedang penjual minum jalan bolak balik menawarkan pd penumpang yg sebagian tidur. Disudut belakang gerbong aku menajamkan pandanganku ke arah seorang gadis yg mirip dgn seseorang nan jauh disana. Aku beranjak dr dudukku, berdiri dan aku pura2 jalan kearah belakang gerbong sampai aku melewati dan meliriknya. Sepintas dlm 2 dtik waktu, aku berhasil meng-SCAN so2knya dr ujung rambut sampai ujung sandalnya. "Mirip...mirip bgt." kataku dlm hati. Gadis itu menoleh, dan bertabrakan pandangan dgn kedua mataku. Aku tergagap dan nafasku berhenti ditenggorokan, tercekat, dan akhrnya tak kuasa menimbulkan batuk. "eeukhuk...erghuk..!! Dia tersenyum. Aku membalas tersenyum dgn paksaan krn merasa ketahuan curi2 pandang. "Batuk, ya, Mas?" "Ehm, ndak Mbak. Cuma bersin." "Mau muncak, ya Mas"? "Loh, kok tau Mbak?"kataku heran. "Ya, yalah, la tas yg mas pakai segede gajah itukan Tas Gunung." "Ups, hee...iya ya." jadi malu saking kagetnya melihat ni cewek tadi, aku jd lupa lepas Tas ketika berdiri dan pura2 jalan kearahnya td. "Mau kemana Mas, Kediri, ya?" "Iya." "Sendirian ajakah?" "Sama2 teman2..."sesakku sudah berkurang, dan tas Gunungku aku taruh di samping kursi dmana dia duduk. "Kenalkan, Himma..." katanya manis tersenyum. Akhirnya kami berkenalan dan ngobrol ttg kuliahnya di STAIN Jakarta. Dan bermadsud mendalami Bahasa Arab dan Enggris di Pare, Kediri. Berhubung aku jg pernah dan kuliah di Malang, aku dan dia jd nyambung bertukar pikiran. Waktu terus berlalu, kami semua telah sampai diBROMO. Begitu indah tempat ini, kami melanjutkan ke Gunung Semeru dan mengakhri perjalanan ke Gunung AGUNG, Bali. |
diposting oleh Headika Arief Siswobudoyo pada 05.50
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda